Sejarah Indonesia - Setelah Proklamasi Kemerdekaan, perjuangan bangsa Indonesia belum selesai dan sangat berat. Mengapa? Sebab yang kita hadapin dua musuh di dalam perjuangan. Dan disatu sisi lain harus menghadapi tindakan maka dari gerakan yang separatis.
Pemberontakan PKI Di Madiun Tahun 1948
Dalam membahas tentang pemberontakan PKI yang terjadi di Madiun tidak bisa terlepas dari jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1950. Mengapa kabinet Amir jatuh? Jatuhnya kabinet Amir disebabkan oleh kegagalannya dalam Perundingan Renville yang sangat merugikan Indonesia. Dalam merebut kembali kedudukannya,pada tanggal 29 Juni 1950 Amir Syarifuddin yang membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk memperkuat basis massa, FDR adalah membentuk organisasi kaum petani dan buruh. Selain itu dengan memancing bentrokan dengan menghasut buruh. Puncaknya terjadi ketika terjadi pemogokan di pabrik karung Delanggu (Jawa Tengah) pada tanggal 5 Juli 1959. Pada tanggal 11 Agustus 1950.
Oleh PKI daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun dijadikan basis gerilya. Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Dengan tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan negara yang komunis.
Pada waktu yang bersamaan, gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat yang penting di Madiun. Untuk menumpas pemberontakan PKI, dan pemerintah melancarkan operasi militer. Didalam hal ini memiliki peran Divisi Siliwangi yang cukup besar.Dan di samping itu, Panglima Besar Jenderal Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dengan Kolonel Sungkono di Jawa Timur yang mengerahkan pasukannya menumpas pemberontakan PKI di Madiun.
Dengan dukungan rakyat di berbagai tempat, pada tanggal 30 September 1950, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh tentara Republik Indonesia.Yang pada akhirnya tokoh-tokoh PKI seperti Aidit dan Lukman melarikan diri ke Cina dan Vietnam. Sementara itu, tanggal 31 Oktober 1948 Musso tewas ditembak. Sekitar 300 orang ditangkap oleh pasukan Siliwangi pada tanggal 1 Desember 1948 di daerah Purwodadi, Jawa Tengah.
Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, maka selamatlah bangsa dan negara Indonesia dari rongrongan dan ancaman kaum komunis yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri, tanpa bantuan apa pun dan dari siapa pun. Dalam kondisi bangsa yang begitu sulit itu, ternyata RI sanggup menumpas pemberontakan yang relatif besar oleh golongan komunis dalam waktu singkat.
Pemberontakan Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia
Menurut Perundingan Renville, kekuatan militer Republik Indonesia harus meninggalkan wilayah Jawa Barat yang sudah di kuasai oleh Belanda. TNI yang harus mengungsi ke daerah Jawa Tengah yang sudah dikuasai Republik Indonesia. Tidak semua komponen bangsa menaati isi Perjanjian Renville yang sudah dirasakan sangat merugikan bagi bangsa Indonesia. Salah satu nya adalah S.M. Kartosuwiryo beserta para pendukungnya. Pada tanggal 8 Agustus 1950, Kartosuwiryo yang memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia. Gerak Darul Islam yang didirikan oleh Kartosuwiryo mempunyai pengaruh asing yang sangat luas. Yang pengaruhnya sampai ke Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureueh, Jawa Tengah.
Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
Dimana munculnya pemberontakan PRRI diawali dari ketidakharmonisan hubungan pemerintah daerah dan pusat. Daerah kecewa terhadap pemerintah pusat yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana pembangunan. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan daerah seperti berikut.
a. Dewan Banteng di Sumatra Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.
b. Dewan Gajah di Sumatra Utara yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolan.
c. Dewan Garuda di Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian.
d. Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.
Tanggal 11 Februari 1960 Ahmad Husein menuntut agar Kabinet Djuanda mengundurkan diri dalam waktu 5 x 24 jam, dan menyerahkan mandatnya kepada presiden. Tuntutan tersebut jelas-jelas ditolak oleh pemerintah pusat. Setelah menerima ultimatum, maka pemerintah bertindak tegas dengan memecat secara tidak hormat Ahmad Hussein, Simbolon, Zulkifli Lubis, dan Dahlan Djambek yang memimpin gerakan sparatis. Langkah berikutnya tanggal 13 Februari 1960 KSAD A.H. Nasution membekukan Kodam Sumatra Tengah dan selanjutnya menempatkan langsung di bawah KSAD.
Pada tanggal 16 Februari 19570 Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Sebagai perdana menterinya adalah Mr. Syafruddin Prawiranegara.